Berikut ini beberapa hadits shahih yang menyebutkan ciri-ciri tersebut, yang juga merupakan dalil akan munculnya Dajjal:
[1]. Dari Umar Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ketika saya sedang tidur, saya
bermimpi melakukan thawaf di Baitullah.... " Lalu beliau mengatakan
bahwa beliau melihat Isa Ibnu Maryam 'alaihissalam, kemudian melihat
Dajjal dan menyebutkan ciri-cirinya dengan sabdanya: "Dia itu seorang
laki-laki yang gemuk, berkulit merah, berambut keriting, matanya buta
sebelah, dan matanya itu seperti buah anggur yang masak' (tak
bersinar). " Para sahabat berkata, "Dajjal ini lebih menyerupai Ibnu
Qathn [1] , seorang laki-laki dari Khuza'ah." [Shahih Bukhari, Kitabul
Fitan, Bab Dzikrid.Dajjal 13: 90: Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab
Dzikril Masih Ibni Maryam 'alaihissalam wal-Masihid Dajjal 2: 237].
[2]. Dari Ibnu Umar
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah menyebut-nyebut Dajjal di hadapan orang banyak, lalu beliau
bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu
tidak buta sebelah matanya. Ketahuilah. sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal
itu buta.sebelah matanya yang kanan, seakan-akan matanya itu buah
anggur yang tersembul. " [Shahih Bukhari, Kitabul Fitan. Bab Dzikrid
Dajjal 13: 90; dan Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asy-rothis Sa'ah,
Bab Dzikrid Dajjal 18: 59].
[3]. Dalam hadits
An-Nawwas bin Sam'an Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda dalam menyifati Dajjal, bahwa dia adalah seorang
muda yang berambut sangat keriting (kribo), sebelah matanya tak
bercahaya, mirip dengan Abdul 'Uzza bin Qathan. [Shahih Muslim, Kitabul
Fitan wa Asyrothis Sa'ah, Bab Dzikrid Dajjal 18: 65].
[4]. Menurut hadits yang
diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Masih Dajjal itu
seorang lelaki yang pendek dan gemuk, berambut kribo, buta sebelah
matanya, dan matanya itu tidak menonjol serta tidak tenggelam. Jika ia
memanipulasi kamu, maka ketahuilah bahwa Rabbmu tidak buta sebelah
matanya." [Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abi Dawud 11: 443. Hadits ini
derajatnya shahih. Periksa: Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 2: 317-318,
hadits nomor 2455].
[5]. Dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Adapun Masih kesesatan itu
adalah buta sebelah matanya. Lebar jidatnya, bidang dadanya bagian atas
dan bengkok " [Musnad Imam Ahmad 15: 28-30 dengan tahqiq dan syarah
Ahmad Syakir. Dia berkata, "Isnadnva shahih. " hadits ini juga
dihasankan oleh Ibnu Katsir. Periksa: An-Nihayah Fil Fitan wai Malahim
1: 130 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini].
[6]. Dalam hadits Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Dajjal itu buta matanya sebelah
kiri dan lebat rambutnya. " [Shahih Muslim. Kitabul Fitan wa Asyrothis
Sa'ah, Bab Dzikrid Dajjal 18: 60-61].
[7]. Dalam hadits Anas Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Dan di antara kedua matanya
termaktub tulisan "kafir" [Shahih Bukhari, Kitabul Fitan, Bab Dzikrid
Dajjal 13: 91; dan Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrothus Sa'ah, Bab
sa'ah, bab Dzikrid Dajjal 18: 59].
Dan dalam satu riwayat disebutkan:
"Kemudian beliau mengejanya “kaf fa ra- yang dapat dibaca oleh setiap muslim. " [Shahih Muslim 18: 59].
Dan dalam satu riwayat lagi dari Hudzaifah:
"Dapat dibaca oleh setiap orang mukmin, baik ia tahu tulis baca maupun tidak. " [Shahih Muslim 18: 61].
Tulisan ini (kaf fa ra, yang ada
di antara kedua mata Dajjal) adalah hakiki, sesuai dengan lahirnya,
dan tidak sukar untuk diketahui oleh sebagian orang (yang muslim) dan
tidak diketahui oleh sebagian orang lagi (yakni orang kafir) [2] bahkan
orang muslim yang buta huruf pun dapat membacanya. Hal ini disebabkan
kemampuan memandang itu diciptakan oleh Allah bagi hamba-Nya bagaimana
dan kapan saja ia berkehendak. Tulisan ini dapat diketahui oleh mukmin
dengan pandangan matanya, meskipun dia tidak kenal tulis- menulis, dan
tidak dapat diketahui oleh kafir sekalipun dia tahu baca tulis.
sebagaimana halnya orang mukmin dapat mengetahui bukti-bukti kekuasaan
Allah dengan pandangan matanya sedangkan orang kafir tidak
mengetahuinya. Maka Allah menciptakan pengetahuan bagi orang mukmin
tanpa mengalami proses belajar mengajar. sebab pada zaman itu memang
terjadi hal-hal yang luar biasa. [Fathul-Bari 13: 100].
Imam Nawawi berkata, "Pendapat
yang dipegang oleh para muhaqiq ialah bahwa tulisan ini nampak secara
lahir dan hakiki (sebenamya) sebagai suatu tanda dan alamat yang
diciptakan oleh Allah di antara sejumlah alamat atau tanda-tanda yang
menunjukkan dengan qath'i akan kekafiran, kebohongan, dan kebatilannya
(Dajjal). Dan tanda-tanda ini dinampakkan oleh Allah kepada setiap
orang muslim yang tahu tulis baca maupun yang tidak tahu tulis baca,
dan disembunyikannya untuk orang yang dikehendaki-Nya akan celaka dan
terfitnah. Dan hal ini tidak dapat dihalangi sama sekali. " [Syarah
Shahih Muslim oleh Imam Nawawi 18: 60]
[8]. Dan di antara
sifat-sifatnya (ciri-cirinya) lagi ialah seperti yang disebutkan dalam
hadits Fathimah binti Qais ra mengenai kisah Al-Jasasah yang di dalam
kisah (riwayat) itu Tamim Ad-Dari ra berkata. ".... Lain kami berangkat
dengan segera sehingga ketika kami sampai di biara tiba-tiba di sana
ada seorang yang sangat besar (hebat) dan diikat sangat erat...."
[Shahih Muslim. Kitabul Fitan wa Asy-rothis Sa'ah, Bab Qishshotil
Jasasah 18: 81].
[9]. Dalam hadits Imron
bin Husein Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Semenjak diciptakannya Adam
hingga datangnya hari kiamat tidak ada makhluk yang lebih besar[3]
daripada Dajjal. " [Shahih Muslim 18: 86-87].
[10]. Dajjal tidak punya
keturunan, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abi Sa'ad Al-Khudri ra
dalam kisahnya bersama Ibnu Shayyad. Kata Ibnu Shayyad kepada Abu
Sa'id, "Saya bertemu orang banyak dan mereka mengira saya ini Dajjal.
Bukankah Anda pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda bahwa Dajjal tidak punya anak (keturunan)?" Abu Sa'id
menjawab, "Betul" Ibnu Shayyad berkata lagi," Padahal saya punya
anak...." [Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrothis Sa'ah, Bab Dzikri
Ibnu Shayyad 18: 50].
Perlu diperhatikan bahwa dalam
riwayat-riwayat di muka disebutkan bahwa Dajjal itu buta matanya yang
sebelah kanan. sedangkan pada riwayat yang lain disebutkan bahwa
matanya yang butanya adalah sebelah kiri. padahal semua riwayat itu
shahih ini merupakan suatu kemusykilan. Ibnu Hajjar berpendapat bahwa
hadits Ibnu Umar yang tercantum dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
yang menyifati Dajjal buta matanya yang sebelah kanan adalah lebih kuat
daripada riwayat Muslim yang mengatakan bahwa yang buta adalah matanya
sebelah kiri, sebab hadits yang disepakati shahihnya oleh Bukhari dan
Muslim Iebih kuat daripada lainnya. [Fathul-Bari 13: 97]
Al-Qadhi 'Iyadh berpendapat
bahwa kedua belah mata Dajjal itu cacat. sebab semua riwayatnya shahih.
Yang satu tidak bercahaya (ath-thafi'ah, dengan memakai huruf hamzah)
yakni buta, dan ini untuk mata yang sebelah kanan sebagaimana.
disebutkan dalam hadits Ibnu Umar. Dan matanya yang sebelah kiri
ditumbuhi oleh daging pada sudutnya yang dapat menutupi sebagian atau
seluruh lensanya (ath-thafiyah) dengan menggunakan huruf ya'), dan ini
yang dimaksud dengan buta matanya sebelah kiri. Jadi masing-masing mata
Dajjal itu cacat. yang satu tidak dapat melihat sama sekali dan
satunya cacat dengan ditumbuhi daging. Imam Nawawi mengomentari jalan
jama' (kompromi) seperti yang dikemukakan Qadhi 'iyadh itu sangat bagus
(Syarah Muslim 2: 235) dan dikuatkan pula oleh Abu Abdillah
Al-Qurthubi [At-Tadzkirah: 663].
_________
Foote Note
[1].
Ibnu Qathan: namanya Abdul 'Uzza bin Qathan bin Amr Al- Khuza'i. Ada
yang mengatakan bahwa dia itu berasal dari kalangan Bani Musthaliq dari
suku Khuza'ah. Ibunya bernama Halah binti Khuwailid. Ibnu Qathan tidak
memiliki hubungan kesahabatan dengan Rasululiah Shallallahu 'alaihi wa
sallam karena dia telah meninggal pada zaman jahiliah. Adapun tambahan
riwayat yang mengatakan bahwa dia pemah bertanya kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Apakah keserupaannya denganku itu
membahayakan bagiku?" Lalu Nabi menjawab, "Tidak, engkau muslim sedang
dia kafir" adalah tambahan yang dha'if dari riwayat Al-Mas'udi yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang dicampur dengan hadits lain.
Periksa: Ta'liq Ahmad Syakir atas musnad Ahmad 15: 30-31; Al-lshobah Fi
Tamyizish-Shahabah 4: 239, dan Fathul-Bari 6: 488 dan 13: 101).
[2].
Berbeda dengan pendapat orang yang mengatakan bahwa ini adalah majaz
sebagai penanda zaman. Dan ini adalah pendapat yang lemah. Periksa:
Syarah Muslim oleh An-Nawawi 18: 60-61; dan Fat-hul-Bari 13: 100.
[3].
Dalam Catalan kaki Shahih Muslim 4: 2267 terbitan Maktabah DaWan
-Indonesia dikatakan bahwa yang dimaksud dengan "lebih besar" di sini
ialah lebih besar fitnah dan bahayanya / perusakannya. (Penj).
[Disalin dari kitab Asyratus
Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin
Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV
Pustaka Mantiq].
Kafir ya kafir, titik, kalau kafir ya pasti benci, titik. Sakali benci ya selamanya benci, karena di hati orang yang beriman tiada tersisa ruang untuk cinta kepada orang kafir, walau dia adalah orang paling dermawan dan santun di dunia.
Andaipun HOAK tidak menghina Al Qur’an maka orang yang beriman pasti membencinya. Segala persamaan yang ada tiada dapat menumbuhkan rasa cinta dalam diri orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. (Al Mujadilah 22)
Namun demikian, apakah anda boleh semena mena kepada mereka, merampas hartanya, menyakiti jasadnya, tanpa alasan yang dibenarkan?
Tentu saja tidak, benci bukan berarti selalu melampiaskannya dalam tindakan, karena benci itu urusan hati, yang belum tentu diekspresikan dalam tindakan.
Nih, kisah nyata bagaimana seharusnya anda bersikap kepada setiap orang kafir.
Orang-orang Yahudi Khaibar hendak menyuap Abdullah bin Rawahah radhiallahu ‘anhu, agar ia mengurangi kewajiban upeti yang harus mereka bayarkan kepada Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam, maka ia menjawab permintaan mereka ini dengan ucapannya:
فقال يا أعداء الله أتطعموني السحت، والله لقد جئتكم من عند أحب الناس إلي ولأنتم أبغض إلي من عدتكم من القردة والخنازير، ولا يحملني بغضي إياكم وحبي إياه على أن لا أعدل عليكم. فقالوا: بهذا قامت السماوات والأرض. رواه أحمد وابن حبان والبيهقي
“Wahai musuh-musuh Allah, apakah kalian hendak memberiku harta yang haram?! Sungguh demi Allah, aku adalah utusan orang yang paling aku cintai (yaitu Rasulullah), sedangkan kalian adalah orang-orang yang lebih aku benci dibanding kera dan babi. Akan tetapi KEBENCIANKU KEPADA KALIAN DAN KECINTAANKU KEPADA RASULULLAH, tidaklah menyebabkan aku bersikap tidak adil/curang kepada kalian.
Mendengar jawaban tegas ini, mereka berkata: Hanya dengan cara inilah langit dan bumi menjadi makmur”. (Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Baihaqy).
Namun, kalau orang kafir sudah lancang, maka tidak ada celah untuk tetap toleran kepadanya, benci batin dan lahir, musuh lahir dan musuh batin.
Kalau anda berkata: jangans alah paham, saya sudah benci sejak HOAK dahulu kala, maka saya katakan: al hamdulillah anda benar-benar orang yang beriman insyaAllah, status ini hanya mengingatkan bukan menuduh siapapun, apalagi anda saudaraku seiman.
Sumber : Fanspage DR. Muhammad Arifin Badri, MA Lukmanul Hakim 04.32 New Google SEO Bandung, Indonesia
DR. Muhammad Arifin Badri : La Kemarin Pada Kemana, Kok Baru Benci HOAK, Setelah Dia Menghina Al Maidah 51?
Posted by Artikel Islami on Senin, 16 Januari 2017
Oleh: Agus Hasan Bashori Lc
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُو اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَا تِهِ وَلاَ تَمُو تُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مَنْ نَفْسِ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالً كَثِيْرًا وَنِسَاءَ، وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَ لُونَ بِهِ وَالأرْحَامِ, إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدَا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُو بَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمَا.
أَمَّابَعْدُ: فَإِنْ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ, وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُخَدَثَا تُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Saudara-saudara seiman rahimakumullah.يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُو اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَا تِهِ وَلاَ تَمُو تُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مَنْ نَفْسِ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالً كَثِيْرًا وَنِسَاءَ، وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَ لُونَ بِهِ وَالأرْحَامِ, إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدَا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُو بَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمَا.
أَمَّابَعْدُ: فَإِنْ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ, وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُخَدَثَا تُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Marilah kita selalu mengulangi ucapan rasa syukur kepada Allah karena nikmat-nikmat-Nya yang telah tercurahkan kepada kita semua sehingga kesehatan jasmani dan rohani masih menghiasi kita. Semoga rasa syukur yang kita panjatkan ini, menjadi kunci lebih terbukanya pintu-pintu karunia-Nya. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Jika kalian bersyukur, maka akan Kami tambahkan bagimu dan jika kamu mengingkarinya, sesungguhnya siksaanKu itu sangat pedih”. (Ibrahim: 7)
Kami peringatkan juga para jamaah dan diri ini agar senantiasa menjaga ketaqwaan, agar mengakar kuat dan kokoh di lubuk hati yang paling dalam. Sebab itulah modal yang hakiki untuk menyongsong kehidupan abadi, agar hari-hari kita nanti bahagia.
Ikhwani fiddin rahimakumullah.
Seorang muslim seyogyanya menjadikan kampung akhirat sebagai target utama yang harus diraih. Tidak meletakkan dunia dan gemerlapannya di lubuk hatinya, namun hanya berada di genggaman tangannya saja, sebagai batu loncatan untuk mencapai nikmat Jannah yang langgeng. Jadi, jangan sampai kita hanya duduk-duduk santai saja menanti perjalanan waktu, apalagi tertipu oleh ilusi dunia.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Ketahuilah, bahwasanya kehidupan dunia hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(Al-Hadid: 20)
Ibnu Katsir berkata (dengan ringkas): “Allah Subhannahu wa Ta'ala membuat permisalan dunia sebagai keindahan yang fana dan nikmat yang akan sirna. Yaitu seperti tanaman yang tersiram hujan setelah kemarau panjang, sehingga tumbuhlah tanaman-tanaman yang menakjubkan para petani, seperti ketakjuban orang kafir terhadap dunia, namun tidak lama kemudian tanaman-tanaman tersebut menguning, dan akhirnya kering dan hancur”.
Misal ini mengisyaratkan bahwa dunia akan hancur dan akhirat akan menggantikannya, lalu Allah pun memperingatkan tentangnya dan menganjurkan untuk berbuat baik. Di akhirat, hanya ada dua pilihan: tempat yang penuh dengan adzab pedih dan hunian yang sarat ampunan dan keridhaan Allah bagi hamba-Nya. Ayat ini diakhiri dengan penegasan tentang hakikat dunia yang akan menipu orang yang terkesan dan takjub padanya.
Topik utama kita kali ini menekankan pentingnya pendidikan anak yang termasuk salah satu unsur keluarga, agar dia selamat dunia dan akhirat. Anak bagi orang tua merupakan buah perkawinan yang menyenangkan. Dibalik itu, anak adalah amanat yang dibebankan atas orang tua. Tidak boleh disia-siakan dan di sepelekan. Pelaksana amanah harus menjaga dengan baik kondisi titipan agar tidak rusak. Sebab orang tua kelak akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang tanggungjawabnya”.(Hadits shahih, Riwayat Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, dari Ibnu Umar)
Anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kewajiban orang tua merawatnya agar tidak menyimpang dari jalan yang lurus, dan selamat dari api neraka. Selain itu, anak yang shalih akan menjadi modal investasi bagi kedua orang tuanya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim: 6)
Ali Radhiallaahu anhu berkata dalam menafsiri ayat ini: “Didik dan ajarilah mereka”. Adh-Dhahak dan Muqatil berujar: “Wajib atas seorang Muslim untuk mendidik keluarganya seperti kerabat, budak perempuan dan budak laki-lakinya tentang perintah dan larangan Allah”.
Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Maka, mulai sekarang hendaknya para orang tua sadar terhadap kewajiban mereka untuk mendidik anak-anak mereka agar menjadi hamba Allah yang taat. Memilihkan pendidikan anak yang kondusif untuk perkembangan iman dan otaknya. Bukannya membiarkan anak-anak mereka begitu saja tanpa pengawasan terhadap bacaan yang mereka gemari, apa saja yang suka mereka saksikan dan aktivitas yang mereka gandrungi. Kelalaian dalam hal ini, berarti penyia-nyiaan terhadap amanat Allah.
Ingatlah akibat yang akan menimpa kita dan keluarga kita yang tersia-siakan pendidikan agamanya! Nerakalah balasan yang pantas bagi orang-orang yang melalaikan kewajibannya. Termasuk anak kita yang malang.!!!
Sesungguhnya neraka itu terlalu dalam dasarnya untuk diukur, tiada daya dan upaya bagi mereka untuk meloloskan diri dari siksanya. Kehinaan dan kerendahanlah yang selalu menghiasi roman muka mereka. Keadaan seperti ini tak akan kunjung putus, jika tidak ada sedikitpun iman dalam dada mereka. Alangkah besarnya kerugian mereka. Begitu banyak penderitaan yang harus mereka pikul. Inilah kerugian nyata dan hakiki, ketika orang tercampakkan ke dalam lubang neraka Jahanam.
Untuk menegaskan tentang kedahsyatan siksa neraka, kami kutip firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Setiap kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan adzab”. (An-Nisaa’: 56).
Dan juga sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang menunjukkan tentang siksaan neraka yang paling ringan, yaitu siksa yang ditimpakan atas Abu Thalib yang artinya:
Dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
“Penduduk neraka yang paling ringan adzabnya adalah Abu Thalib. Dia memakai 2 terompah dari api neraka (yang berakibat) otaknya mendidih karenanya”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
Dengan penjelasan di atas, kita sudah sedikit banyak paham tentang tempat kembalinya orang yang mendurhakai Allah.
فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُا اللهَ اِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّخِيْمَ.
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:
Dari mimbar ini kami ingatkan kembali, marilah kita mulai
dengan memberikan perhatian yang besar terhadap Tarbiyatul Aulad, yaitu proses
pendidikan anak kita.Al-Qur’an telah mengulas tentang sejarah seorang ayah yang mendidik anaknya untuk mengenal kebaikan. Itulah Luqman, yang dimuliakan Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan pencantuman perkataannya ketika mendidik keturunannya dalam Al-Qur’an. Secara luas itu termaktub dalam surat (QS. Luqman 12-19).
Dalam surat tersebut, Luqman memulai mengajari anaknya dengan penanaman kalimat tauhid yang hakikatnya memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja, dilanjutkan dengan kewajiban berbakti dan taat kepada orang tua selama tidak menyalahi syariat. Wasiat berikutnya adalah berkaitan dengan penyemaian keyakinan tentang hari pembalasan, penjelasan kewajiban menegakkan shalat. Setelah itu amar ma’ruf dan nahi mungkar yang berperan sebagai faktor penting untuk memperbaiki umat, tak lupa beliau singgung, beserta sikap sabar dalam pelaksanaannya. Berikutnya beliau mengalihkan perhatiannya menuju adab-adab keseharian yang tinggi. Di antaranya larangan memalingkan wajah ketika berkomunikasi dengan orang lain, sebab ini berindikasi jelek, yaitu cerminan sikap takabur. Beliau juga melarang anaknya berjalan dengan congkak dan sewenang-wenang di muka bumi sebab Allah Ta'ala tidak menyukai orang-orang yang sombong. Beliau juga mengarahkan anaknya untuk berjalan dengan sedang tidak terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Sedang nasehat yang terakhir berkaitan erat dengan perintah untuk merendahkan suara, tidak berlebih-lebihan dalam berbicara.
Demikianlah wasiat Luqman terhadap anaknya, yang sarat dengan mutiara yang sangat agung dan berfaedah bagi buah hatinya untuk meniti jalan kehidupan yang dipenuhi duri, agar bisa sampai ke akhirat dengan selamat.Cukuplah kiranya kisah tadi sebagai suri tauladan bagi para pemimpin keluarga. Memenuhi kebutuhan sandang dan pangan yang memang penting. Namun ingat, kebutuhan seorang anak terhadap ilmu dan pengetahuan lebih urgen (mendesak).
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Orang tua wajib memenuhi kebutuhan ruhani sang anak, jangan sampai gersang dari pancaran ilmu dien. Perkara ini jauh lebih penting dari sekedar pemenuhan kebutuhan jasmani karena berhubungan erat dengan keselamatannya di dunia dan akhirat. Hal itu dapat terealisir dengan pendidikan yang berkesinambungan di dalam maupun di luar rumah. Masalahnya, model pendidikan yang ada saat ini hanya menelorkan generasi-generasi yang materialistis, gila dunia. Karena itu kita harus menengok dan menggali metode-metode pendidikan yang dipakai Salafus Shalih yang ternyata telah terbukti dengan membuahkan insan-insan yang cemerlang bagi umat ini.!
إِنَّ
اللهَ وَمَلآَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آَمَنُواْ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ حَمِدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Lukmanul Hakim
20.08
New Google SEO
Bandung, Indonesiaرَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ؛ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ
وَأَدَّى الأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ؛ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ:
اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ
وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ .
Ibadallah,
Al-Khoir (kebaikan) adalah sebuah
kata yang mencakup segala yang dimanfaatkan oleh manusia, dan kebaikan berada
di tangan Allah Yang menguasai Kerajaan. Allah berfirman :
قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٦)vKatakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai
Kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut Kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS. Ali Imron: 26).
Seluruh kebaikan yang diperoleh
dari sisi para hamba kalau bukan karena Allah yang memberikan mereka kemampuan
untuk meraihnya dan membimbing mereka maka mereka tidak akan mampu meraihnya.
Mengerjakan kebajikan adalah tugas
para nabi dan merupakan ciri orang-orang yang beruntung. Allah berfirman :
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ
فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا
عَابِدِينَ (٧٣)
“Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.” (QS.
Al-Anbiyaa: 73).
Diantara doa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيِرَاتِ وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ
“Ya Allah aku memohon kepadamu
untuk mengerjakan kebajikan dan meninggalkan kemunkaran.” (HR. At-Thirmidzi).
Dan perbuatan kebajikan
mengantarkan kepada istiqomahnya kehidupan individu dan masyarakat. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا
رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77).
Seorang mukmin janganlah meremehkan
kebaikan sedikit dan sekecil apapun. Allah Ta’ala berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (٧)
“Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.” (QS.
Az-Zalzalah: 7).
Dan sesungguhnya kita umat Islam
–bagaimanapun kondisi kita- adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan bagi
manusia. Keterbaikan ini bukanlah bentuk fanatik kesukuan bukan pula karena
untuk kebangsaan tertentu tanpa kebangsaan yang lainnya. Allah berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110).
Diantara tanda-tanda keterbaikan
adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Kalau seandainya dilipat hamparannya,
ditinggalkan ilmunya dan penerapannya, maka akan tersebar kesesatan, beredar
kebodohan, negeri akan rusak, dan manusia akan binasa.
Keterbaikan senantiasa menyertai
seorang mukmin dalam segala kondisinya jika imannya sempurna. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bersabda :
“Sungguh menakjubkan perkara
seorang mukmin, seluruh perkaranya adalah baik, dan hal ini tidak berlaku
kecuali kepada seorang mukmin. Jika ia merasakan kesenangan maka ia bersyukur
maka ini yang terbaik baginya, dan jika ia ditimpa kesulitan maka iapun
bersabar, dan inilah yang terbaik baginya.” (HR. Muslim).
Seorang mukmin akan meraih
keterbaikan melalui mempelajari Alquran da mengajarkannya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari).
Hal ini memotivasi seorang muslim
untuk mendorong putra putrinya untuk mempelajari Alquran di halaqoh-halaqoh
Alquran, mendidik mereka untuk mencintai kitab Rabb mereka untuk menimba dari
sumber airnya yang tidak akan pernah kering. Maka seluruh kebaikan dan
keterbaikan ada pada Alquran, agar mereka bahagia di dunia sebelum di akhirat.
Seorang muslim meraih keterbaikan
dengan menuntut ilmu syar’i dan mendalaminya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki
kebaikan baginya maka Allah memahamkannya agama.”
Ilmu merupakan perkara yang harus
ada dalam kebangkitan umat dan pembangunan peradaban, serta pengembangan
masyarakat dan memajukannya ke arah masa depan yang cemerlang.
Diantara keterbaikan adalah
mengagungkan perkara-perkara yang terhormat di sisi Allah. Allah berfirman :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ
رَبِّهِ
“Demikianlah (perintah Allah). dan
Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah.” (QS. Al-Hajj:
30).
Dan perkara-perkara yang terhormat
di sisi Allah adalah hak-hak Allah Ta’ala. dan menjalankan hak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Termasuk mengagungkan syiar-syiar
Allah yang terkait dengan waktu ialah menghormati bulan Ramadhan. Termasuk
mengagungkan hal-hal yang dimuliakan Allah ialah tidak menganggap remeh
dosa-dosa kecil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
(( إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فإنهن يحتمعن على الرجل حتى يهلكنه ))
“Janganlah kalian anggap remeh
dosa-dosa kecil, sebab dosa-dosa kecil tersebut terkumpul pada diri seseorang,
hingga membinasakannya.” (HR. Ahmad).
Keterbaikan juga ada pada seorang
mukmin yang kuat fisiknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
(( الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ وَفِى كلٍّ خيرٌ ))
“Orang mukmin yang berbadan kuat
lebih baik dan lebih disenangi Allah dari pada orang mukmin yang lemah, namun
demikian masing-masing mempunyai kebaikan.”
Maka seharusnya orang mukmin
memiliki kekuatan fisik dan kekuatan dalam membela kebenaran.
Termasuk keterbaikan ialah berhias
diri dengan akhlak yang mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
(( خِيَارَكُمْ أَحَسنُكُمْ أَخْلاَقًا المُوَطّئوْنَ أكتافًا ))
“Orang-orang pilihan di antara
kalian adalah yang terbaik akhlaknya serta yang membentangkan bahunya”. Artinya
orang yang baik mudah bergaul, rendah hati sehingga orang lain merasa nyaman
bersahabat dengannya dan tidak terganggu.
Termasuk keterbaikan adalah
membayar hutang dengan baik. Dari Abu Hurairah berkata:
(( كَانَ لِرَجُلٍ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِنٌّ
مِنَ الإِبِلِ، فَجَاءَهُ يَتَقَاضَاهُ، فَقَالَ: «أَعْطُوهُ»،
فَطَلَبُوا سِنَّهُ، فَلَمْ يَجِدُوا لَهُ إِلَّا سِنًّا فَوْقَهَا، فَقَالَ: «أَعْطُوهُ»، فَقَالَ: أَوْفَيْتَنِي أَوْفَى اللَّهُ بِكَ،
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ
قَضَاءً ))
Ada seorang lelaki menghutangkan
seekor unta dengan umur tertentu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lelaki itu datang kepada beliau untuk menagihnya. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata : “berikanlah hak orang ini “ maka para sahabat
mencarikan unta yang seumur dengan unta yang beliau pinjam, hanya saja mereka
tidak menemukannya kecuali unta yang umurnya di atasnya. Maka beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata : “serahkanlah kepadanya”. Lelaki itu lalu
berkata : “Engkau telah memenuhi hakku secara sempurna, semoga saja Allah
memenuhi hakmu”. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “
Sesungguhnya orang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik dalam
membayar hutangnya).
Di antara amal kebajikan ialah
memberi manfaat kepada sesama dan melayani mereka. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
خَيْرُ النّاسِ أنْفَعُهُمْ لِلنّاسِ
“Sebaik-baik manusia ialah yang
paling banyak memberi manfaat kepada orang lain.” (HR. Thabrani).
Memberi manfaat kepada siapapun
manusia; termasuk didalamnya menyenangkan hati sesama kaum muslimin, dengan
berkunjung dan memberi hadiah, memuliakan anak-anaknya, memberikan makanan dan
menghilangkan penderitaan kaum muslimin.
Diantara keterbaikan orang-orang
pilihan ialah diharapkan dari mereka kebaikan dan tidak dikhawatirkan ada
gangguan dari mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ
لاَ يُرْجَى خَيْرُهُ وَلاَ يُؤْمَنُ شَرُّهُ
“Sebaik-baik kalian ialah orang
yang bisa diharapkan kebaikannya dan tidak dikawatirkan keburukannya. Sedangkan
seburuk-buruk kalian ialah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan
dikawatirkan keburukannya.” (HR. Turmudzi).
Salah satu ciri-ciri sifat
keterbaikan adalah bersih hati dan jujur perkataan. Allah Ta’ala
berfirman :
فَإِذَا عَزَمَ الأمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (٢١)
“Apabila telah tetap perintah
perang (mereka tidak menyukainya). tetapi Jikalau mereka benar (imannya)
terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS.
Muhammad: 21).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah ditanya: Siapakah orang yang paling baik? Beliau
menjawab:
ذُوْ الْقَلْبِ الْمَخْمُوْمِ وَاللِّسَانِ الصَّادِقِ
“Orang yang berhati bersih dan
tutur kata yang benar.” (HR. Ibnu Majah).
Tentu suatu pekerjaan yang
memerlukan perjuangan kuat untuk membersihkan hati itu dari
kecenderungan-kecenderungan berbuat zalim, dengki dan hasud. Alangkah banyak
terkotornya hari dengan sifat-sifat buruk ini!
Bersegera berbuat kebajikan, tidak
merasa berat, bermalas-malas menjalankannya merupakan ciri khas orang-orang
yang shalih. Allah Ta’ala berfirman:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan.” (QS. Al-Baqara: 148).
Tanda kebajikan orang-orang pilihan
ialah kearifan dan keseimbangan dalam berpikir. Allah Ta’ala
berfirman:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ
أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (٢٦٩)
“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqoroh: 269).
Hikmah ialah kemampuan dalam
membedakan antara yang benar dan yang salah, antara kebajikan dengan keburukan
serta kemampuan bekerja secara profesional.
Nilai keterbaikan dapat diraih
melalui cinta kepada kebajikan dengan kesungguhan niat dalam memperolehnya.
Allah Ta’ala berfirman :
إِنْ يَعْلَم اللهُ فِي قُلُوبكُمْ خَيْرًا يُؤْتكُمْ خَيْرًا
“Jika sekiranya Allah mengetahui
dihati kalian ada kebaikan, tentu Ia memberikan kepada kalian kebaikan.”
Maka, sesuai dengan kadar tulusnya
niat akan diraih anugerah Allah.
Keterbaikan dapat diraih pula
dengan bertaubat. Firman Allah Ta’ala :
فَإنْ يَتوْبُوْا يَكُ خَيْرًا لَهُمْ
“Jikalau mereka bertaubat, maka
yang demikian itu suatu kebaikan bagi mereka.”
Keterbaikan pun dapat diperoleh
dengan cara menunjukkan tentang kebaikan dan medan-medan kebaikan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ دَلّ عَلَى خيْرٍ فلَهُ مِثْل أجْر فَاعِلِه
“Barangsiapa yang menunjukkan ke
arah kebajikan, maka dia mendapatkan pahalah seperti yang diraih pelakunya.”
(HR. Muslim).
Keterbaikan dapat pula diperoleh
dengan berlaku adil terhadap manusia lain. Firman Allah :
وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ
الْمُسْتَقِيمِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (٣٥)
“Dan sempurnakanlah takaran apabila
kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Isroo’: 35).
Keterbaikan dapat diperoleh pula
dengan bersedekah. Firman Allah Ta’ala :
وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٨٠)
“Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh:
280).
Termasuk tanda-tanda keterbaikan,
usia panjang disertai amal perbuatan yang baik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah
secara marfu’ :
ألا أخبركم بخياركم ؟ قالوا بلى يا رسول الله ، قال ” أطولكم أعمارا وأحسنكم أخلاقا
“Maukah kamu aku beritahu tentang
orang-orang pilihan di antara kamu? Mereka menjawab: Tentu Ya Rasulallah!
Beliau bersabda: “Orang yang paling panjang usianya di antara kamu dan yang
paling baik akhlaknya.” (HR. Al-Hakim dan Ibnu Hibban dalam shahihnya).
Diantara tanda keterbaikan seorang
lelaki adalah baiknya dia memperlakukan keluarganya. Dari Aisyah, ia berkata.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang
paling baik terhadap keluarganya, dan akupun yang terbaik di antara kamu
terhadap keluargaku.” (HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah).
Diantara tanda keterbaikan pada
seorang wanita ialah kesungguhannya menjaga kehormatannya.
Allah Ta’ala berfirman :
وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٦٠)
“Dan bahwa mereka (wanita-wanita)
itu menjaga diri mereka akan lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 60).
Selendang kehormatan merupakan
lambang terjaganya kesucian wanita bila dibarengi dengan upaya menjauhkan diri
dari terbukanya aurat, bersolek, sikap kebebasan dan penyimpangan.
Tanda-tanda keterbaikan bagi para
penguasa ialah kecintaan rakyat kepada mereka. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ،
وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ
الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ
وَيَلْعَنُونَكُمْ
“Orang-orang pilihan dari pemimpin
kalian adalah mereka yang kalian cintai dan merekanpun mencitai kalian. Mereka
mendoakan kalian dan kalianpun mendoakan mereka. Sedangkan orang-orang yang
jahat dari pemimpin kalian ialah mereka yang kalian benci dan mereka pun
membenci kalian. Kalian mengutuk mereka dan merekapun mengutuk kalian.” (HR.
Muslim).
Termasuk peluang emas untuk
mengembangkan kebajikan yang banyak dalam jiwa dan kehidupan ialah bulan
Ramadhan yang penuh berkah yang kilauan kilatannya dan pancaran bulan sabitnya
sebentar lagi akan terlihat. Bulan yang dapat memulihkan kembali kejernihan
hati setelah tercoreng oleh kotoran dunia, menormalkan kembali keindahan jiwa
setelah berlumuran dengan berbagai kesibukan hidup, mensucikan kembali hati
nurani setelah sempat tercemar oleh kotoran-kotoran fitnah. Inilah momentum
untuk meraih kebajikan; di dalamnya ada Lailatul-Qadar yang nilainya lebih baik
dari pada seribu bulan.
تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ
أَمْرٍ (٤)سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)
“Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS.
Al-Qadr: 4-5).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan
karena iman dan mencari ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.”
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang beribadah malam
bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي
“Sesungguhnya umrah pada bulan
Ramadhan setara pahala haji, atau seperti menunaikan haji bersamaku.”
كَانَ أَجْوَدَ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat dermawan tatkala Ramadhan, dan beliau dalam melakkan
kebaikan lebih cepat dari pada angin yang meniup dengan lepas.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُؤْمِنِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
Ibadallah,
Diantara keterbaikan adalah
penjagaan para pahlawan para mujahidin di daerah perbatasan. Mereka menghadapi
musuh dengan gigih dan menghalangi musuhi. Mereka punya tekat yang kuat dengan
jiwa yang optimis akan kemenangan yang dekat.
Bulan Ramadhan bulan kepahlawanan,
mengandung nilai-nilai kejayaan dan kemenangan. Bulan ini dalam sejarah sarat
dengan peristiwa yang telah merubah perjalanan kehidupan. Dalam bulan ramadhan
terjadi perang Badar, penaklukan Mekah, perang Yarmuk dan Al-Qadisiyah, Hithin
dan Ain Jalut dll.
Para pejuang yang gagah berani
berdiri tegak sebagai pembela agama dan tanah air dan harga diri di
benteng-benteng perbatasan untuk menumpas para agresor dan menumbangkan
orang-orang yang zalim serta menyerang markas-markas antek-antek asing yang
berkhianat. Sejarah akan mengabadikan jasa-jasa mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ،
وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ، وَأُجْرِيَ
عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
“Berjaga di daerah perbatasan
sehari semalam nilainya lebih baik dari pada puasa sebulan lengkap dengan
qiyamu-lailnya. Jika dia gugur, maka pahala amal baiknya yang pernah dilakukan
akan terus mengalir dan rezekinya pun tetap berjalan serta aman dari fitnah
kubur.”
كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا
فِي سَبِيلِ اللهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ،
وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ القَبْرِ
“Setiap mayat telah tutup pahala
amalnya kecuali seseorang yang mati karena menjaga daerah perbatasan di jalan
Allah. Sesungguhnya amal baktinya terus dikembangkan hingga hari kiamat dan dia
aman dari fitnah kubur.” (HR. At-Tirmidzi).
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ
عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى
عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا))
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ؛ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ،
وَعُمَرَ الفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِيْ الحَسَنَيْنِ
عَلِيٍّ, وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنِ اتَّبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ
الْأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا
رَبَّ العَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا
وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ
وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا
لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَأَعِنْهُ اللَّهُمَّ عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى،
وَسَدِّدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ الصَّالِحَةِ
النَّاصِحَةِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ,
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ
المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاجْعَلْهُمْ رَحْمَةً وَرَأْفَةً عَلَى
عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَوْى وَالعِفَّةَ وَالغِنَى, اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْنَا وَبِكَ
آمَنَّا وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَبِكَ خَاصَمْنَا نَعُوْذُ
بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، فَأَنْتَ الْحَيُّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ
وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوْتُوْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ،
وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ, وَنَسْأَلُكَ
اللَّهُمَّ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ،
وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ, اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ وَتُبْ عَلَى
التَّائِبِيْنَ، اَللَّهُمَّ ارْحَمْ مَوْتَانَا وَمَوْتَى المُسْلِمِيْنَ،
وَاشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَفَرِّجْ هَمَّ
المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ، وَنَفِّسْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ،
وَاقْضِ الدَيْنَ عَنِ المَدِنِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَارْفَعْ عَنَّا الغَلَاءَ
وَالْوَبَاءَ وَالْزَلَازِلَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ وَالفِتَنَ كُلِّهَا مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ؛ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَعَنْ سَائِرِ
بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, رَبَّناَ آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ، ) وَلَذِكْرُ
اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (
.